Kamis, 09 Agustus 2012

Petani Melon Gemanting Kesulitan Peroleh Tenaga Kerja



Kragan - Petani melon di Dusun Gemanting Desa Mojokerto Kecamatan Kragan mengaku mengalami kesulitan mendapatkan tenaga kerja yang bertugas untuk merawat tanaman atau pengocoran hingga datangnya masa panen.

Khamim (32) seorang petani melon setempat, menjelaskan, selama ini untuk tenaga pengocoran biasanya dirinya mengambil dari luar dusun setempat. Hal ini dikarenakan hampir mayoritas warga Gemanting saat ini banyak yang menanam melon sendiri.

“Rata-rata warga menanam melon, jadi untuk tenaga kerja dari dusun sini sendiri sulit. Mereka sudah merawat tanaman sendiri,” ujarnya.

Khamim menuturkan, pengocoran pada tanaman melon umumnya dilakukan setiap sepuluh hari sekali melalui mesin penyedot air. Saat ini, jelas Khamim, pengocoran diambilkan dari air sungai yang kebetulan belum mengalami kekeringan.

“Kami ambil air dari sungai desa yang masih ada sedikit air. Namun volumenya kecil dan sering habis. Jika sungai sudah tidak memungkinkan, kami mengambil air dari waduk buatan di dusun ini,” katanya.

Ia mengungkapkan, untuk biaya pengocoran pada umumnya petani melon mengeluarkan biaya rata-rata Rp. 150 ribu hingga Rp. 200 ribu. “Biaya perawatan pengocoran lumayan besar mas. Untuk jumlah sekitar 5000 tanaman, dibutuhkan biaya pengocoran sekitar Rp. 150 ribu sampai Rp. 200 ribu, untuk irigasi serta membayar tenaga kerja. Itu belum termasuk biaya pemupukan,” cetusnya.

Namun begitu, secara umum Khamim melihat tidak ada kendala berarti pada pertanian melon di Dusun Gemanting. Karena sejauh ini menurutnya stok air masih ada dan intensitas hujan juga tidak tinggi sehingga tanaman melon masih aman dari bacek.

“Alhamdulilah secara umum tidak ada kendala,” pangkasnya singkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar